Written by pitoyo amrih
Saturday, 12 November 2016 Overall Equipment Effectiveness Hits: 15483
Sebelum diskusi lebih jauh, ada baiknya anda sedikit mengintip artikel ini, untuk melihat posisi Operating Time pada bagan keseluruhan OEE. Setelah sebelumnya kita tetapkan definisi Loading Time, kemudian lakukan pencatatan (atau pun perhitungan bila memakai pendekatan definisi yang berbeda dalam cara penentuannya). Operating Time, sederhananya adalah hasil perhitungan atas pengurangan Loading Time dengan 4 elemen losses utama, yaitu: Set-Up, Set-Down, Adjustment dan Down-Time. Saya sebut 4 elemen losses utama karena bisa jadi untuk proses manufaktur tertentu dalam rangka untuk membuat pengukuran OEE sedetail mungkin sehingga hasil pengukuran dan perhitungan mudah berujung pada analisa faktor mana yang harus di tindak lanjuti, di sana mungkin akan terdapat losses lain diluar 4 elemen itu, yang hanya terjadi spesifik pada jenis mesin tertentu tersebut.
Misalnya di industri manufaktur rangka chassis ada istilah Die-Jig Losses, waktu hilang terkait perlakuan terhadap die-jig dianggap penting untuk dipisah sehingga setiap saat bisa ditelaah kinerjanya. Tidak lagi bersama-sama terbenam dalam 4 elemen losses di atas. Atau adalagi yang saya pernah tahu di pengukuran OEE mesin potong, karena penggantian Cutting-tools nya bisa beberapa kali dalam sehari, dan cukup rumit memakan waktu terkait masalah presisi-akurasi, mereka mengeluarkan losses tersendiri mendefinisikannya dalam Cutting-Tools Losses. Setiap kali terdapat indikasi harus dilakukan penggantian pisau potong, maka waktu berhentinya tidak lagi masuk sebagai Down-time tapi terwadahi dalam losses tersendiri.
Seperti saya sampaikan di atas dan anda juga bisa lihat sendiri bagannya di artikel ini, Operating Time didapat dengan mengurangkan losses Set-Up, Set-Down, Adjustment dan Down-Time dari hasil pencatatan atau penetapan Loading Time. Mari kita lihat satu-satu losses itu:
Set-Up adalah hasil pengukuran waktu aktual sejak mesin direncanakan untuk dioperasikan sampai dengan mesin bekerja efektif. Saya memakai istilah 'mesin bekerja efektif' karena titik akhir set-up itu bisa berbeda untuk jenis mesin yang berbeda. Saya ambil contoh mesin pengemas sirup ke dalam botol misalnya. Mesin bekerja efektif saya maksudkan sebagai produk baik pertama yang keluar dari mesin (misalnya memakai atribut syarat volume terpenuhi). Saat produk baik pertama keluar, operator tinggal melihat aktual waktu, kemudian mencatatnya, atau pencet tombol tertentu bila sudah didesain mencatatan otomatis. Sehingga set-up tinggal menselisihkan kedua catatan waktu tersebut.
Sementara contoh lain misalnya mesin pemanas oven. Nah, contoh mesin ini juga cukup menarik, karena titik 'mesin bekerja efektif' pun bisa ada dua pendekatan: apakah saat tombol pemanasan ditekan atau bisa juga saat set suhu pemanasan mulai tercapai. Tergantung pendekatan apa yang kita pakai sehingga angka losses Set-up itu berarti sesuatu, dan yang penting lagi, apapun pilihan titik ukur itu, semua operator pada mesin sama dan sejenis harus paham, sehingga semua akan tercatat pada perpektif yang sama. Hasil pengukuran dan perhitungan OEE bisa dianalisa secara sama dan disebandingkan satu dengan yang lainnya.
Yang terjadi saat Set-up bila tidak spesifik didefinisikan, bisa merupakan sekumpulan perlakuan terhadap mesin sehingga mesin siap beroperasi, bisa berupa pemanasan awal, pasang size-part tertentu, pembersihan dan sanitasi di awal, dsb.
Set-Down, hasil pengukuran waktu aktual dari titik 'mesin selesai bekerja efektif' sampai dengan titik akhir ketetapan atau pengukuran Loading Time. Mesin selesai bekerja efektif bisa ditafsirkan sebagai negasi dari pembahasan 'mesin bekerja efektif' pada bahasan set-up di atas. Bisa dipakai saat produk baik terakhir keluar dari mesin, bisa saat mesin mulai 'meninggalkan' kondisi operasinya (suhu operasi, tekanan operasi, dsb). Di dalam set-down akan terkumpul kegiatan, misalnya lama pendinginan mesin, melepas size-part, pembersihan mesin.
Pada set-down ini juga ada hal-hal yang perlu dicermati. Paling tidak pembedanya, apakah waktu set-down lebih lama dibanding lead-time satu satuan produksi (biasanya pada istilah tiap bets atau lot), atau lebih sedikit waktunya. Bila lebih lama, isu yang paling dominan adalah masalah efsisiensi waktu sehingga bisa ditetapkan waktu standar set-down sebagai target kegiatan ini, lebih lama berarti kurang produktif, terlalu cepat bisa berarti mengurangi efektifitas set-down. Bila lebih sebentar, tantangan akan berpindah pada penetapan jam produksi, penetapan lot size dan penetapan campaign produksi. Kurang tepat bisa terjadi: waktu set-down selesai, tapi jam kerja belum selesai, sehingga prosentase losses set-down menjadi besar.
Down-Time Losses, adalah waktu dimana mesin pada kondisi breakdown dan tidak menghasilkan output produk. Kata 'tidak menghasilkan output produk' perlu saya perjelas, karena kadang definisi breakdown bisa beragam. Mesin yang 'hanya' rusak lampu indikatornya misalnya, bisa tetap dioperasikan menghasilkan produk, tapi kadang bisa dilabeli sebagi mesin break-down.
Breakdown di sini juga mungkin harus cermat definisinya, agar jelas bagi pelaksana di lapangan. Karena akan terkait dengan angka OEE nantinya. Yaitu apakah itu benar-benar breakdown sesuai definisi Breakdown Maintenance. Atau merupakan kegiatan Preventive Maintenance, mesin sebenarnya tidak rusak, tapi sengaja dihentikan, tidak beroperasi menghasilkan produk. Misalnya kegiatan Cek-list maintenance periodik, ganti oli, dsb.
Adjustment, mesin dilakukan perubahan setting parameter. Dengan syarat saat perubahan setting, tidak dihasilkan produk baik. Karena bila saat adjustment dilakukan, tetap menghasilkan produk, dan dianggap sebagai produk baik, maka akan ada bias perhitungan OEE nantinya, dimana akan terdapat waktu Adjustment seharusnya menjadi porsinya Valuable Operating Time. Ada hal lain lagi yang cukup menjadi tantangan saat mengukur waktu adjustment ini. Umumnya kegiatan ini tidak begitu lama, bisa jadi tidak lebih dari satu menit. Anda bisa bayangkan, bila operator diminta melakukan pencatatan manual terhadap hal ini. mencatatnya mungkin justru akan membuatnya semakin lama signifikan. Sehingga perlu strategi di awal, misal perlunya ditetapkan angka adjustment tertentu yang seharusnya dicatat, atau dengan pendekatan kegiatan adjustment terhadap apa misalnya sebagai panduan. Bila nantinya losses ini bukan dominan, strategi itu bisa dipertahankan, bila ternyata losses ini adalah hal yang signifikan, baru langkah berikutnya dilakukan definisi dan tata cara pengukuran adjustment yang lebih detail.
Semua losses diatas, mengurangi Loading Time menjadi besaran yang dinamai Operating Time. Perbandingan Operating Time terhadap Loading Time, dalam prosentasi, dinamai dengan Availability (Ketersediaan).
Pitoyo Amrih
Ada sebuah perusahaan fiktif bernama PT MAJU. Perusahaan ini memproduksi air mineral dalam kemasan gelasplastik. Mesin yang dimiliki perusahaan ini adalah mesin pembentuk gelas plastik sekaligus mengisi air mineral, sebanyak dua unit.
Bulan ini pesanan begitu meningkat. Bagian pemasaran yang telah berhasil melakukan promosi membuat bagian produksi jungkir-balik selama dua puluh empat jam menjalankan mesinnya untuk mengejar permintaan bagian pemasaran. Dan sudah terlihat di depan mata, bulan depan pesanan bagian pemasaran naik 30 % dari bulan sekarang. Sementara bulan ini mesin telah jalan siang malam, bahkan minggu pun masuk untuk mengejar kekurangannya.
“Gila! Harus segera saya usulkan membeli satu unit mesin lagi untuk mengejar permintaan bulan depan,” teriak Pak Joni, sang kepala produksi. “Dan awal bulan depan mesin itu sudah di sini..!” imbuhnya. ...selengkapnya
.... terlibat aktif dalam perumusan penerapan konsep-konsep TPM (Total Productive Maintenance) di perusahaan tempatnya bekerja. Juga pernah memimpin kajian dan penerapan rumusan OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang bisa..... ...selengkapnya