Created on Tuesday, 02 January 2018 Hits: 9401
Tulisan ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya. Masih tentang CV (Cleaning Validation - Validasi Pembersihan). Setelah tahap sebelumnya kita berkutat mencoba menelaah dimana saja kita harus melakukan validasi. Karena bagaimana pun juga melakukan pembuktian pada keseluruhan mesin bidang kontak produk sepertinya adalah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Kalaupun mungkin, pertimbangan berikutnya pastilah pada masalah sumber daya kita karena pasti di setiap organisasi tidak mungkin memiliki sumber daya yang tak terbatas. Bagaimanapun juga dengan sumber daya yang ada harus memilah mana yang penting dan mana yang lebih dahulu dilakukan. Menganggap semua bidang kontak produk penting untuk diperiksa saat validasi pembersihan, pada dasarnya sama dengan menjadikan semua tidak begitu penting. Dan memilih mana yang penting haruslah memiliki dasar seperti yang sudah diarahkan oleh regulasi, dengan pertimbangan ilmiah dan risiko.
Dan setelah kita menelaah lokasi mana yang harus kita periksa, maka tahap berikutnya, hal yang harus dilakukan menurut saya adalah menentukan pada produk apa simulasi pembersihan itu dilakukan untuk kebutuhan pembuktian pada validasi pembersihan. Artinya kita harus memilih produk sebagai obyek validasi, kemudian lakukan prosedur pembersihan sesuai ketetapannya setelah proses produksi produk tersebut, kemudian kita lakukan pemeriksaan dan pengujian apakah hasil bersihnya memenuhi kriteria penerimaan batas residu apa tidak. Kita bisa melakukan simulasi terhadap semua produk dalam cakupan. Misalnya kalau kita mengambil contoh pada tulisan sebelumnya, ambil contoh pada Mesin Mixer 50 L (lihat tabel pada artikel sebelumnya) ada dua produk yang terlibat di sana. Produk A dan B. Lalu produk apa yang harus kita simulasi saat validasi pembersihan? Apakah prosedur pembersihan setelah proses produk A? Atau produk B? Atau keduanya harus kita lakukan simulasi?
Created on Tuesday, 19 December 2017 Hits: 10251
Dalam Validasi Pembersihan (CV-Cleaning Validation), menurut saya, ada beberapa hal yang utama harus kita tetapkan saat merancang studi validasi ini. Yaitu mencakup: Worst case Location, titik mana dalam equipment-train prosedur pembersihan yang akan kita lakukan studi. Titik dimana didahului dengan cek visual, kemudian dilanjut dengan rencana dan strategi pengambilan sampel, baik swab ataupun rinse. Ada praktisi yang menyebutnya sebagai hot-spot location. Dengan berbagai pertimbangannya, sulit dijangkau, dead-spot, terkait material kontak produk, dsb. Setelah itu kita perlu menetapkan Worst case Product. Kemudian, yang musti kita tetapkan berikutnya adalah Metoda Analisis Uji. Sejak dari pengambilan sampel sampai dengan angka hasil pengujian keluar. Harus juga dikaji dengan rationale yang bisa dipertanggung-jawabkan apakah kita perlu menguji dengan uji spesifik (kadar residu) atau uji non-spesifik (TOC, pH, Konduktifitas, dsb). Ada validasi metoda analisis terhadapnya, dan sudah dilakukan study recovery atas residu yang kita tetapkan sebagai worst case product pada metoda analisis tersebut. Kemudian hal terakhir yang tak kalah penting adalah menghitung dan menetapkan apa yang disebut sebagai Cleaning Validation Limit. Batas residu atau zat aktif dari produk yang tertinggal setelah prosedur pembersihan dilakukan. Mari kita bahas satu-satu dari keempat hal di atas. Saya tuang dalam tulisan 4 seri.
Praktisi menyebutnya dengan equipment-train. Jalur bidang kontak produk dari mesin dan peralatan yang menjadi 'perjalanan' produk sejak dari bahan baku sampai dengan -paling tidak- kemas primer. Sebuah fasilitas produksi yang didesain dedicated, hanya diperuntukkan satu produk dalam satu macam sediaan saja, tentunya akan lebih sederhana dalam mengkaji mesin peralatan tersebut. Walaupun begitu, proses pembersihan tetap harus dilakukan pada rentang batch-campaign yang ditetapkan. Dan validasi pembersihan tetap harus dilakukan untuk membuktikan prosedur pembersihan efektif menghilangkan residu atas kondisi yang ditetapkan tersebut. Hanya saja, yang menjadikannya sederhana adalah pembuktian atas residu kita bisa langsung tunjuk pada zat aktif pada satu produk itu, residu mikrobial bila memang ada batas bioburden yang ditetapkan, dan residu cairan pembersih (detergen, sanitizer) bila pembersihan tidak hanya sekedar menggunakan air.
Created on Saturday, 25 November 2017 Hits: 7507
Saya menulis ini sebenarnya hanya sekedar sebagai pengantar bahwa penting bagi kita untuk membaca dan memahami buku yang menurut saya luar biasa, yaitu: Validation and Qualification in Analytical Laboratories, oleh Ludwig Huber, seorang praktisi sekaligus ilmuwan di sebuah perusahan instrumen analitik laboratorium besar Agilent Technologies. Mr. Huber yang juga menyandang gelar Doktor-ph.D untuk disiplin ilmu Chemical Engineering, di Univesritas Karlsruhe, Jerman. Saya membaca buku ini kebetulan yang edisi ke-dua terbitan tahun 2007, mungkin sudah terbit edisi berikutnya. Buku ini penting jadi rujukan dan wawasan, terutama para praktisi di laboratorium dan praktisi kualifikasi-validasi.
Saya melihat, sebagian besar peralatan utama di laboratorium analitik, pada dasarnya adalah sebuah alat ukur. Bisa alat ukur besaran fisika, kimia, atau mikrobiologi. Namanya alat ukur, tentunya hal yang utama dituntut padanya adalah masalah keakurasian dan sifat-sifat ilimiah alat ukur yang menyertainya (kepresisian, linieritas, batas mampu ukur terkecil, repeatability, dsb). Hanya saja, peralatan ukur di laboratorium memiliki kompleksitas tidak seperti peralatan ukur yang digunakan di lapangan. Ada tahap yang membutuhkan analisis dalam, itulah mengapa disebut sebagai analitik. Alat ukur konduktifitas misalnya, mungkin kita mengenal banyak alat ukur konduktifitas portable, bisa digunakan di lapangan, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, mudah dibawa, tapi segala nilai tambah itu biasanya mengandung konsekuensi sifat keakurasian dan kepresisian yang tidak seperti peralatan analitik di laboratorium. Sementara demi mendapatkan hasil akurat dan presisi, maka peralatan ukur tak lagi sederhana, disana kemudian berkembang teknologi, tidak hanya mekanik, juga elektrik, bahkan elektronik, sampai ke perangkat lunaknya, itulah mengapa alat ukur di laboratorium kita sebut sebagai instrumen. Ditambah lagi ada tahapan pengukuran atau pengujian yang juga harus melalui tahapan preparasi sampel yang benar, butuh alat atau bahan bantu dalam pengujiannya, ada bahan baku pembanding sebagai nilai ukur acuan, membutuhkan lingkungan yang dikondisikan dengan baik. Metode Analisa yang tervalidasi. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan di tempat yang kita desain pada peruntukan itu yang kita sebut sebagai laboratorium.
Created on Friday, 17 November 2017 Hits: 14163
Ada yang menyebut dengan Moist Heat Sterilization. Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, umum kemudian dikenal sterilisasi menggunakan uap basah. Adalah salah satu metode melakukan sterilisasi. Sterilisasi dengan cara pemanasan dikenal ada dengan metode dry-heat (menggunakan oven, aplikasi suhu sterilisasi pada 160 °C selama 2 jam), ada dengan metode steam-heat atau moist-heat yang akan saya bicarakan ini (menggunakan autoclave, aplikasi suhu pada 121 °C selama 15 menit). Proses sterilisasi tidak sekedar upaya bioburden control sampai tingkat populasi mikroorganisme tertentu. Sterilisasi dituntut mematikan semua mikroorganisme hidup yang mungkin ada pada obyek sterilisasi. Dalam penggunaan panas untuk sterilisasi, di sini yang berperan penting dalam membunuh mikrobial adalah energi panasnya. Itulah mengapa pada moist-heat bisa dicapai suhu sterilisasi yang lebih rendah daripada dry-heat, karena pada dasarnya, pada kondisi suhu panas yang sama, steam memberi energi yang lebih besar daripada udara kering.
Media yang digunakan untuk membuat obyek menjadi steril adalah steam, uap air, atau mungkin anda bisa kunjungi tautan ini untuk menelaah pengertian ini. Sehingga upaya keberhasilan proses sterilisasi, harus diawali dengan melihat kualitas dari steam yang digunakan untuk proses sterilisasi. Bila bicara di lingkup industri farmasi atau produk biologi, maka tak bisa ditawar lagi grade-nya adalah Pure Steam. Sehingga penting kiranya di awal memastikan kualitas steam sehingga bisa dijamin memberi efektifitas proses sterilisasi. Ada 2 hal tolok ukur kualitas ini, yaitu jaminan bahwa steam yang digunakan tidak memberi cemaran, baik cemaran fisika (partikel, larutan padat, dsb), kimia (kandungan kimia), dan cemaran mikrobiologi. Dan jaminan bahwa steam pada kondisi kerja sterilisasinya (121 °C, 15 menit) akan memberikan hasil steril. Artinya 'tingkat keadaan' steam yang digunakan sterilisasi memang pada energi yang tepat, tidak kurang sehingga memberi keraguan proses sterilisasinya, dan tidak lebih sehingga boros dalam penggunaan energinya.
Created on Thursday, 02 November 2017 Hits: 11640
Apa yang saya share di sini banyak merupakan catatan saya saat mengikuti webinar tentang hal ini. Topiknya sebenarnya lebih kepada pemahaman tentang ISO 21501-4 Light Scattering Aerosol Particle Counter Calibration. Sesuatu yang menurut saya masih cukup hangat karena hal ini secara khusus disebut pada revisi terbaru ISO 14644-1 yang dipublikasikan November 2015 tentang pengukuran partikel di ruangan berkelas kebersihan. Yang dalam hal pengkalibrasiannya, bila di ISO 14644-1:1999 tidak secara spesifik menyebutkan metodologi dalam melakukan kalibrasinya, karena pada dasarnya cara kerja instrumen ukur jumlah partikel ini pun beragam di pasaran, tapi di ISO 14644-1:2015 di klausul A.2.2 spesifik menyebutkan bahwa pada pengukuran partikel kategori kelas ruang bersih, cara ukurnya harus menggunakan instrumen dengan metode ukur Light scattering dan kalibrasinya harus mengikuti standar ISO 21501-4. Webinar yang menarik dan sangat menjelaskan, difasilitasi oleh Daniele Pandolfi, profesional berpengalaman di urusan instrumentasi particle counter, dan saat ini menjadi Product Line Manager di Particle Measuring System di USA.
Page 2 of 18
Ada sebuah perusahaan fiktif bernama PT MAJU. Perusahaan ini memproduksi air mineral dalam kemasan gelasplastik. Mesin yang dimiliki perusahaan ini adalah mesin pembentuk gelas plastik sekaligus mengisi air mineral, sebanyak dua unit.
Bulan ini pesanan begitu meningkat. Bagian pemasaran yang telah berhasil melakukan promosi membuat bagian produksi jungkir-balik selama dua puluh empat jam menjalankan mesinnya untuk mengejar permintaan bagian pemasaran. Dan sudah terlihat di depan mata, bulan depan pesanan bagian pemasaran naik 30 % dari bulan sekarang. Sementara bulan ini mesin telah jalan siang malam, bahkan minggu pun masuk untuk mengejar kekurangannya.
“Gila! Harus segera saya usulkan membeli satu unit mesin lagi untuk mengejar permintaan bulan depan,” teriak Pak Joni, sang kepala produksi. “Dan awal bulan depan mesin itu sudah di sini..!” imbuhnya. ...selengkapnya
.... terlibat aktif dalam perumusan penerapan konsep-konsep TPM (Total Productive Maintenance) di perusahaan tempatnya bekerja. Juga pernah memimpin kajian dan penerapan rumusan OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang bisa..... ...selengkapnya