Melanjutkan artikel sebelumnya, tentang rule untuk Thermal Mapping Validation yang coba saya kompilasikan dari berbagai sumber. Ada 5 rule yang bisa jadi guide secara ilmiah dalam kita menentukan dimana sensor harus kita tempatkan saat Thermal Mapping. Tidak terlalu sedikit sehingga secara ilmiah kita bisa pertanggung jawabkan hasil pengukuran memberikan gambaran distribusi suhu keseluruhan ruang. Tidak terlalu banyak sehingga bisa ekonomis. Apakah sang pelaku Thermal Mapping dalam hal ini internal perusahaan sendiri sehingga cost-effective, ataupun perusahaan jasa sehingga bisa memberikan biaya yang kompetitif.  Kita coba lihat tips berikutnya:

2. Map in Three Dimention

Tips kedua ini kalau anda melihat artikel sebelumnya, sebenarnya sudah menjadi pertimbangan bila kita membuat pemetaan pada volume ruang yang besar lebih dari 2 m3.  Untuk lebih jelasnya, coba mari kita melihat kotak sederhana di bawah ini dengan penempatan 15 sensor. jumlah sensor tetap 15, dan penempatan tidak berubah. Tapi kita nantinya akan bisa mengamati pola distribusi suhu secara tiga dimensi, yaitu: atas-tengah-bawah, kemudian depan-tengah-belekang, dan sisi kiri-tengah-kanan. Bisa kita lihat gambar di bawah ini:

 Map 3 Dimention

Sehingga bila kita melihatnya dalam volume yang lebih besar yang pada dasarnya adalah 'tumpukan' dari banyak kotak-kotak pemodelan yang kita buat diatas, maka bisa kita bayangkan bahwa secara tiga dimensi, dari arah manapun, setiap titik sensor yang kita letakkan akan merupakan bagian dari kontur distribusi suhu baik dari arah sumbu-x, sumbu-y maupun sumbu-z. Pertimbangan ini bisa membuat rationale untuk mengurangi penempatan sensor pada ruang obyek validasi yang besar.

Hal ini juga bisa menjadi pertimbangan, misalnya pada area gudang, dimana tidak 100% area akan berisi barang yang disimpan. Selalu ingat, bahwa upaya pemetaan suhu di sini lebih pada upaya untuk melihat pengaruhnya terhadap kualitas produk, yaitu barang yang diletakkan atau disimpan di ruang tersebut. Sehingga kita akan selalu upayakan analisa pemetaan suhu pada area dimana barang itu diletakkan. Kita bisa saja meletakkan sensor ditempat dimana kemungkinan barang tidak ditaruh pada operasionalnya nanti, misal pada gang lalu lalang forklift, tapi tetap hal itu dalam rangka untuk membuat gambaran distribusi suhu ditempat barang itu diletakkan dalam waktu yang lama. Sehingga konsep ini juga bisa untuk membuat penyederhanaan dimana kita fokus pada bidang atas-tengah-bawah pada bidang tegak rak. Para praktisi biasa menyebut ini sebagai 'Stack of three'.

stackof3Hal yang membuat titik penempatan sensor bisa menjadi lebih sederhana. Kita hanya fokus pada area peletakkan gudang, yang bisa kita bayangkan sebagai bidang-bidang tegak yang berdiri mengisi ruang gudang. Pengelompokkan analisa kontur suhunya pada atas-tengah-bawah. Analisa beda antar satu rak dengan rak lainnya, entah itu secara melintang ataupun lateral, hanya ketika kita perlu melihat beda signifikan suhu antar rak satu dengan yang lainnya.

Pertimbangan yang sama bila kita kemudian menggunakan pendekatan statistik untuk pengolahan data, atas-tengah-bawah di setiap rak bisa menjadi ide sub-grouping di setiap interval pengukurannya.

Hal yang kemudian juga menjadi penting untuk menggaris bawahi rule nomor 3, yaitu:

3. For Large Space, Map Storage Only

Pada ruang yang sangat besar, penting menjadi pemahaman di sini bahwa yang kita petakan adalah area tempat peletakkan barang yang disimpan. Bukan hallway seperti yang sedikit saya singgung diatas. Kita tidak perlu meletakkan sensor pemetaan di area parkir forklift dan hand-pallet, di tempat meja administrasi petugas gudang. Di ruang atas, diatas bidang batas rak atas paling atas, dimana biasanya masih ada celah antara bidang atas barang yang diletakkan paling atas, dengan bidang plafon, kita tidak perlu meletakkan sensor disana karena toh kita tidak mungkin menyimpan barang di sana.

Rule 1, 2 dan 3, lebih banyak merangkum pertimbangan dari aspek geometri, thermodinamika dan perpindahan panas dalam ruang, kita belum menyentuh hal-hal yang terkait variasi yang bisa jadi ada, baik pada barang yang disimpan, pola penyimpanan, ruang penyimpanan itu sendiri, dan terkait bagaimana kita melakukan pemastian bahwa dari hari ke hari saat produk disimpan, akan selalu terkendali berada pada lingkungan (lebih tepatnya suhu) yang tidak mengancam kualitas produk sendiri. Upaya monitoring terhadap suhu pada ruang, dimana meletakkan sensornya, dan pilihan interval pengukurannya atau kapan saya harus mencatat.

(bersambung)

Pitoyo Amrih

Artikel dan gambar dirangkum dari berbagai sumber, terutama dari jurnal ilmiah vaisala.com

 

Ada sebuah perusahaan fiktif bernama PT MAJU. Perusahaan ini memproduksi air mineral dalam kemasan gelasplastik. Mesin yang dimiliki perusahaan ini adalah mesin pembentuk gelas plastik sekaligus mengisi air mineral, sebanyak dua unit.

Bulan ini pesanan begitu meningkat. Bagian pemasaran yang telah berhasil melakukan promosi membuat bagian produksi jungkir-balik selama dua puluh empat jam menjalankan mesinnya untuk mengejar permintaan bagian pemasaran. Dan sudah terlihat di depan mata, bulan depan pesanan bagian pemasaran naik 30 % dari bulan sekarang. Sementara bulan ini mesin telah jalan siang malam, bahkan minggu pun masuk untuk mengejar kekurangannya.

“Gila! Harus segera saya usulkan membeli satu unit mesin lagi untuk mengejar permintaan bulan depan,” teriak Pak Joni, sang kepala produksi. “Dan awal bulan depan mesin itu sudah di sini..!” imbuhnya.   ...selengkapnya

Bookmark This

Follow Us

Powered by CoalaWeb

 

KupasPitoyo, KumpulanTulisan Pitoyo Amrih, yang juga berbicara tentang Pemberdayaan Diri, ..pemberdayaan berkesinambungan bagi diri sendiri, keluarga, dan bangsa... khususnya melalui budaya..  this link is under construction..

Pitoyo Amrih.... terlibat aktif dalam perumusan penerapan konsep-konsep TPM (Total Productive Maintenance) di perusahaan tempatnya bekerja. Juga pernah memimpin kajian dan penerapan rumusan OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang bisa.....  ...selengkapnya