Mungkin ada pertanyaan saat akan menimbang sebuah benda dengan timbangan. Timbangan yang seperti apakah yang saya pakai? Misalnya anda diminta menimbang emas dengan kisaran berat 50 gram, namun karena tiap gram begitu berarti nilainya, maka perlu verifikasi dengan penimbangan kembali. Keraguan itu muncul, akan memakai timbangan seperti apa? Memakai timbangan dengan ketelitian paling tidak 0,1 gram! Baiklah. Itu saja?

Atau suatu saat anda harus memformulasikan obat. 0,1 gram begitu berarti. Apalagi misalnya kelebihan dosis sedikit saja akan mengancam keselamatan pengguna obat. Jawaban biasanya akan sangat klasik: pakai timbangan analitik! Tapi apakah kita percaya begitu saja bahwa setiap timbangan analitik akan memiliki ketepatan yang kita harapkan sehingga kelebihan dosis obat tidak mungkin terjadi?

Salah satu rekomendasi tentang hal ini yang saat ini dianut Indonesia adalah dokumen  OIML R76-1 yang memberikan acuan panjang lebar tentang apa bagaimana sebaiknya kita akan menggunakan timbangan. Dalam hal ini cakupannya adalah timbangan non-otomatis. Secara mudah bisa kita dekati pengertiannya dengan timbangan yang berdiri sendiri, bukan bagian dari sebuah sistem otomasi dimana input dan output timbangan terhubung dengan perangkat lain dalam sebuah sistem kerja proses otomatis. Timbangan yang berdiri sendiri, baik itu dengan pembacaan digital maupun analog. Timbangan analitik digital untuk laboratorium termasuk dalam cakupan ini. Timbangan ingsut untuk menimbang beras sekarung juga masuk dalam cakupan rekomendasi ini.

Saya tidak akan bicara satu-persatu setiap penjelasan dalam dokumen tersebut yang banyak hal memang harus membuat dahi berkerut. Saya hanya menyampaikan satu bagian dari rekomendasi tentang bagaimana kita mengenali kelas akurasi timbangan sehingga tepat dalam penggunaannya.

Hal yang penting dalam menentukan kelas timbangan adalah, dari timbangan yang harus kita tahu, mungkin dari brosur, manual atau keterangan dari supplier adalah besaran yang dinamakan e (interval skala verifikasi) dan kapasitas maksimum penimbangan (Nmax). Timbangan analitik umumnya mencantumkan nilai e disekitar displai pembacaan. Di manual timbangan juga seharusnya menyebutkan. Namun begitu bila hal ini tidak ditemukan dimana-mana, nilai e timbangan bisa didekati dengan:

  • jika nilai e dinyatakan dalam timbangan maka pakai angka e ini.
  • jika tidak disebutkan, maka nilai e adalah 2 sampai dengan 10 kali resolusi (skala terkecil timbangan). Mengapa harus 1 s.d 10 kali? Mungkin contoh ini menjelaskan: bila skala terkecil timbangan 0,001 gram, maka e=0,01 gram (10 kali). Bila skala terkecil 0,002 gram maka e=0,01 gram (5 kali). Bila skala terkecil 0,05 gram, maka e=0,1 gram (2 kali). Jadi nilai e itu harus merupakan bilangan 0,01; 0,1; 1; 10; dst. Semoga ilustrasi ini menjelaskan.
  • Jika skala terkecil kurang dari 1 mg, maka e harus 1 mg.

Dari nilai e tersebut, kemudian diuji dalam tabel dibawah ini:

 

Misal contoh untuk e timbangan 1 gram, kita lihat pada tabel diatas, masih ada opsi apakah kelas akurasi II atau III. Disinilah kita perlu melibatkan angka kapasitas timbangan, misal Nmax untuk kasus ini: 1000 gram, maka bisa kita hitung angka n adalah 1000/1 = 1000. Anda lihat untuk e = 1 gram dengan n = 1000, maka masuk kelas akurasi III.

Dalam aplikasinya, kelas akurasi I (Special), umumnya tidak untuk menimbang, tapi digunakan sebagai perantara kalibrasi anak timbang untuk klas E. Kelas Akurasi II (High) juga dipakai sebagai perantara kalibrasi anak timbang kelas F. Kelas Akurasi II juga terkadang dipakai operasional untuk timbangan akurat, misal analitik dibawah 100 mg. Kelas III (medium) adalah syarat minimal timbangan analitik di laboratorium. Sementara kelas IV hanya boleh dipakai untuk penimbangan di luar keharusan pemakaian kelas akurasi timbangan di atas.

Pitoyo Amrih

Ada sebuah perusahaan fiktif bernama PT MAJU. Perusahaan ini memproduksi air mineral dalam kemasan gelasplastik. Mesin yang dimiliki perusahaan ini adalah mesin pembentuk gelas plastik sekaligus mengisi air mineral, sebanyak dua unit.

Bulan ini pesanan begitu meningkat. Bagian pemasaran yang telah berhasil melakukan promosi membuat bagian produksi jungkir-balik selama dua puluh empat jam menjalankan mesinnya untuk mengejar permintaan bagian pemasaran. Dan sudah terlihat di depan mata, bulan depan pesanan bagian pemasaran naik 30 % dari bulan sekarang. Sementara bulan ini mesin telah jalan siang malam, bahkan minggu pun masuk untuk mengejar kekurangannya.

“Gila! Harus segera saya usulkan membeli satu unit mesin lagi untuk mengejar permintaan bulan depan,” teriak Pak Joni, sang kepala produksi. “Dan awal bulan depan mesin itu sudah di sini..!” imbuhnya.   ...selengkapnya

Bookmark This

Follow Us

Powered by CoalaWeb

 

KupasPitoyo, KumpulanTulisan Pitoyo Amrih, yang juga berbicara tentang Pemberdayaan Diri, ..pemberdayaan berkesinambungan bagi diri sendiri, keluarga, dan bangsa... khususnya melalui budaya..  this link is under construction..

Pitoyo Amrih.... terlibat aktif dalam perumusan penerapan konsep-konsep TPM (Total Productive Maintenance) di perusahaan tempatnya bekerja. Juga pernah memimpin kajian dan penerapan rumusan OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang bisa.....  ...selengkapnya