Sebuah pertanyaan yang selalu mengemuka ketika kita akan melakukan pemetaan suhu gudang adalah bagaimana kita memetakan. Perkara mengapa kita harus memetakan saya pikir sudah cukup jelas, pelaku industri punya tanggung jawab untuk selalu memahami produk, proses dan fasilitas yang mereka sendiri miliki. Bila pemahaman itu belum sampai ke sana, paling tidak kewajiban itu sudah diikat di peraturan. Anda bisa lihat di Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik, terutama di klausul 3.14 bahwa Area Penyimpanan harus dipetakan pada kondisi suhu yang mewakili.

Kembali ke masalah bagaimana, peraturan hanya mensyaratkan pada suhu yang mewakili. Lalu dimana titik suhu yang mewakili? Di atas? di bawah? Apa dasar ilmiah yang harus kita gunakan untuk melakukan rationale terhadap hal ini? Tulisan kali ini saya coba berbagi tentang pendekatan pemetaan ruang penyimpanan terutama dalam hal pilihan lokasi penempatan sensor yang menjadi panduan sebuah perusahaan pembuat intrumen untuk mengukur kondisi lingkungan, bernama Vaisala. Anda dapat berkunjung ke vaisala.com untuk lebih jauh mengenali perusahaan ini. 

Salah satu jurnal riset perusahaan tersebut menetapkan 5 pendekatan ilmiah untuk melakukan pemetaan. Ditulis oleh Paul Daniel, senior Regulatory Complience Expert di Vaisala. Saya coba tulis kembali dengan bahasa saya di sini dipadu dengan sumber lain sana-sini. Pertanyaan tentang bagaimana pemetaan itu dilakukan mungkin bisa disederhanakan pada dua macam pertanyaan ini: Berapa sensor yang saya pakai sehingga mewakili sebaran suhu di ruangan? Dan, dimana sensor saya letakkan?

Untuk pertanyaan pertama saya berangkat pada rangkuman di buku ISPE Good Practice Guide: Cold Chain Management. Dimana disana meramu acuan dari The French Standard (NF X15-140), German Standard (DIN 12880), dan Australian Standard tentang Enclosure (AS2853) yang merekomendasikan batasan ukuran ruang 2 m3 (70 ft3). Dimana kurang dari itu dipersyaratkan 9 sensor (8 sensor di setiap titik sudut ruang, dan 1 sensor di tengah ruang), sementara lebih dari volume itu tentunya lebih, tapi harus didekati dengan kajian ilmiah dan risiko sehingga bisa dipertanggungjawabkan bahwa sensor tersebut akan bisa mewakili suhu ruang di satu sisi, dan tentunya ekonomis secara biaya pengadaan sensor di sisi lain. Kajian ilmiah dan risiko itulah yang kemudian didekati dengan 5 pendekatan dalam rangka juga merangkai jawaban pertanyaan kedua diatas tentang dimana sensor harus diletakkan.

1. Map the Extremes.

Lakukan pengukuran di titik yang kita anggap ekstrim. Bila bicara suhu, maka yang dikatakan ekstrim selalu pada ekstrim suhu tinggi dan ekstrim suhu rendah. Lalu dimana itu? Kita berawal dari konsep perpindahan panas, dimana panas berpindah selalu melewati bidang planar dua dimensi. Maka bila kita membayangkan sebuah bidang yang 'menutup' ruang maka kita mengenal bidang itu sendiri (1 plane), pertemuan dua bidang berupa garis (2 planes), dan pertemuan tiga bidang berupa titik (3 planes). Sementara definisi bukan bidang (0 plane) tentunya ditengah ruang itu sendiri. Bisa dilihat pada penggambaran di bawah ini:

fig1PlaneDari gambar gambar terlihat bahwa yang dikatakan ektrim, secara ilmiah kita bisa rasional-kan yaitu pada titik sudut (3 planes) - jumlahnya 8, dan tengah ruang (0 plane) - jumlahnya 1. Hal ini sesuai dengan pendekatan regulasi yang menetapkan 9 sensor untuk ukuran kurang dari 2 m3. Artinya pada volume ruang yang lebih dari itu, pertimbangan ilmiah ini bisa jadi acuan untuk menghitung lebih lanjut kebutuhannya.

Kita bisa uji apakah titik sudut (3 planes) dan tengah ruang (0 plane) apakah mewakili kondisi ektrim. Misal dari perpindahan panas konveksi, perpindahan panas karena aliran udara. Titik sudut (3 planes) adalah lokasi laju aliran paling kecil dan tengah ruang (0 plane) adalah dinamika aliran udara paling besar. Dari sisi perpindahan panas konduksi dimana butuh bidang perpindahan panas dari sekitar ruang, maka titik sudut (3 planes) adalah ekstrim besar (mendapatkan pengaruh perpindahan panas dari 3 sisi) dan ruang tengah (plane 0) adalah ekstrim kecil karena tidak ada bidang perpindahan panas dengan sekelilingnya.

Pada aplikasi yang direkomendasikan Vaisala, biasa memakai jumlah sensor 9+1. dimana tambahan 1 sensor diletakkan sedekat mungkin dengan sensor kontrol thermostat pendingin/pemanas ruang. Ruang kurang dari 2 m3 pada aplikasinya misal pada hampir setiap free-standing refrigerator, portable inkubator, product show-case. Pertanyaan berikutnya, bagaimana bila volume ruang lebih dari 2 m3. Seperti umumnya gudang penyimpanan yang mungkin besarnya bisa puluhan kali lipat.

Dari pendekatan diatas kita bisa modelkan bila dilihat pandangan 3 dimensi atas-depan-samping bisa digambarkan sebagai berikut:

fig2sensormaka kita bisa bayangkan bahwa volume ruang lebih dari 2 m3 tak lebih dari 'tumpukan' kotak-kotak dengan volume 2 m3 disusun sehingga memenuhi ruang. Sehingga kita melihat bahwa ada sebagian titik sudut (3 planes) tidak lagi sebagai titik sudut, tapi sebagian berubah menjadi tengah sisi (2 planes) ataupun tengah bidang (1 planes).

Sehingga untuk formasi yang paling sederhana, akan ada tambahan 6 sensor ditengah bidang (1 plane) dan tambahan 12 sensor di tengah sisi (2 planes). Sehingga titik sensor menjadi 27+1. Tambahan 1 sensor masih sama, yaitu diletakkan di dekat sensor thermocontrol pendingin/pemanas ruang.

Untuk ruang yang lebih besar lagi tentunya secara ilmiah bisa dirasionalkan tetap sejumlah 27+1, karena bisa membuat pendekatan sebuah distribusi suhu pada sensor yang terletak diantara dua sensor baik dari sisi depan-belakang, kiri-kanan, ataupun atas-bawah, akan memiliki suhu yang berkisar antara dua suhu lokasi sensor yang mengapitnya.

Sehingga untuk ruang lebih besar bisa dimodelkan seperti digambar di bawah, dimana untuk titik-titik yang dibuat blur bisa dipertimbangkan untuk tidak perlu dipasang sensor pemetaan suhu. Dan warna biru-merah-hijau menggambarkan 'lapisan' peletakkan sensor atas-tengah-bawah. Hal yang kemudian bisa dikombinasikan dengan pendekatan 2. 

fig3ruang

(bersambung)

Pitoyo Amrih

sumber gambar: vaisala.com

 

Ada sebuah perusahaan fiktif bernama PT MAJU. Perusahaan ini memproduksi air mineral dalam kemasan gelasplastik. Mesin yang dimiliki perusahaan ini adalah mesin pembentuk gelas plastik sekaligus mengisi air mineral, sebanyak dua unit.

Bulan ini pesanan begitu meningkat. Bagian pemasaran yang telah berhasil melakukan promosi membuat bagian produksi jungkir-balik selama dua puluh empat jam menjalankan mesinnya untuk mengejar permintaan bagian pemasaran. Dan sudah terlihat di depan mata, bulan depan pesanan bagian pemasaran naik 30 % dari bulan sekarang. Sementara bulan ini mesin telah jalan siang malam, bahkan minggu pun masuk untuk mengejar kekurangannya.

“Gila! Harus segera saya usulkan membeli satu unit mesin lagi untuk mengejar permintaan bulan depan,” teriak Pak Joni, sang kepala produksi. “Dan awal bulan depan mesin itu sudah di sini..!” imbuhnya.   ...selengkapnya

Bookmark This

Follow Us

Powered by CoalaWeb

 

KupasPitoyo, KumpulanTulisan Pitoyo Amrih, yang juga berbicara tentang Pemberdayaan Diri, ..pemberdayaan berkesinambungan bagi diri sendiri, keluarga, dan bangsa... khususnya melalui budaya..  this link is under construction..

Pitoyo Amrih.... terlibat aktif dalam perumusan penerapan konsep-konsep TPM (Total Productive Maintenance) di perusahaan tempatnya bekerja. Juga pernah memimpin kajian dan penerapan rumusan OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang bisa.....  ...selengkapnya