Written by pitoyo amrih
Wednesday, 30 December 2015 Total Productive Maintenance Hits: 7606
Semua orang tahu bahwa TPM adalah singkatan dari Total Productive Maintenance, tapi menarik ketika dalam bukunya, Peter Willmot dan Dennis McCharty mencoba menggugah kita dengan sudut pandang yang sedikit berbeda diawali dengan sebuah tawaran pada bab pertama bahwa seharusnya singkatan dari TPM tidak sekedar Total Productive Maintenance, tapi lebih luas mencakup Total Productive Manufacturing. Perlu diketahui, judul bukunya sendiri tetap menggunakan TPM sebagai Total Productive Maintenance (Willmot, Peter & Dennis McCharty, TPM - A Route to World Class Performance, Butterworth-Heinemann, 2001). Lalu mengapa bung Peter begitu penting untuk diawal bukunya mengajak kita memperluas penglihatan dari sekedar Maintenance menjadi Manufacturing.
Dimana-mana, tidak di hanya nasional tapi juga saya yakin banyak perusahaan di dunia, bila disodori istilah Maintenance, maka yang muncul di kepala adalah bagian teknik, service department, technical service atau apapun namanya, yang langsung merujuk pada fungsi organisasi yang bertugas memelihara mesin dan peralatan, itupun masih lebih baik karena ada perusahaan yang masih memagari pengertian menjadi 'sekedar' tugas memperbaiki mesin dan peralatan. Memelihara artinya melakukan segala macam upaya strategi sehingga mesin selalu bekerja dengan baik, sementara memperbaiki lebih terkesan tugas yang menunggu sampai suatu saat mesin rusak disanalah bagian teknik akan melakukan aksinya.
Pengertian ini mungkin bisa disederhanakan bila kita mencoba membuka pertanyaan: siapakah orang atau fungsi organisasi yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa sebuah mesin atau peralatan akan selalu berfungsi dengan baik ketika dioperasikan? Saya yakin banyak orang kemudian akan menggerakkan jari telunjuknya ke arah bagian teknik. Itulah mengapa, menurut saya, Peter mencoba menggugah pengertian di awal bukunya, bahwa hal ini tidak sekedar urusan Maintenance, memelihara mesin adalah tanggung jawab semua orang dalam organisasi usaha tersebut bila ingin mewujudkan pemeliharaan mesin yang efektif-efisien. tidak hanya bagian teknik tapi seluruh organisasi terutama di lini operasi. Manufacturing!
Saya terkesan dengan kalimat di buku ini yang mustinya bisa menggugah semua orang yang membacanya, terutama bagi mereka yang masih bersikeras bahwa baik buruknya mesin adalah murni urusan bagian teknik: TPM is driven by manufacturing which picks up production and maintenance as equal partners, it is no longer appropriate to say 'I operate, you fix' and 'I add value, you cost money'. What TPM promotes is: 'We are both responsible for this machine, process or equipment and, between us, we will determine the best way to operate, maintain and support it'..
Paradigma itulah yang menurut saya perlu dibangun sambil kita membangun sistem dan budaya TPM di sebuah organisasi usaha. Percuma kita mengupayakan set-up 8 pilar TPM yang megah dengan segala pernak-pernik prosedurnya yang dibuat cakep, ketika para personil terutama di lapangan, apalagi sampai jajaran pimpinan menengah, masih memandang bahwa urusan bagian produksi hanyalah mengoperasikan mesin menghasilkan produk sesuai target sementara memelihara mesin adalah urusan bagian teknik. Maka bangunan TPM hanyalah seperti monumen indah yang hanya membuat kagum dilihat dan dibanggakan, tak akan pernah terasakan nilai tambahnya terutama pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
Sekarang coba kita lihat secara kuantitatif dimana efektifitas TPM yang diterapkan, bisa diukur dengan Key-Performance-Indicator yang bernama OEE. Apa yang menekan angka OEE adalah beberapa faktor yang dalam konsepnya disebut sebagai losses. Maka lihatlah losses itu. Yang benar-benar secara langsung mempengaruhi besar kecil losses oleh melulu bagian teknik adalah pada losses downtime, bisa karena kegiatan breakdown maintenance (mesin diperbaiki karena rusak) ataupun kegiatan preventive maintenance (mesin berhenti karena pemeliharaan berkala). Losses set-up dan set-down, walau ada kontribusi bagian teknik disana terkait desain terhadap kemudahannya, pada akhirnya faktor yang menentukan adalah operator sendiri untuk bisa menekan losses tersebut. Juga tentang losses adjustment yang bisa dianalogikan sama.
Semakin 'ke dalam' kita bertemu losses minor stoppage, idling, reduced speed, yang bisa jadi merupakan losses yang timbul atas hasil kontribusi dari ketersediaan proses sebelumnya -bila kebetulan mesin awal proses, berarti juga menyangkut fungsi inventory planning and control-, ketersediaan dan kesiapan operator sendiri menyangkut pengaturan sumber daya manusia di bagian produksi, desain flow-barang dan flow-orang yang berarti juga menyangkut desain lay-out plant produksi. Sampai kemudian pada losses reject dan reduced yield, yang walaupun kecil juga ada kontribusi efektifitas kerja bagian kendali mutu dalam memeriksa bahan awal dan bahan antara.
Semakin meyakinkan bahwa TPM, yang pada dasarnya adalah singkatan dari Total Productive Maintenance, tapi bukan sekedar urusan orang-orang maintenance. Ini urusan semua orang dalam organisasi khususnya di lini operasi. Semua fungsi dan orang yang terlibat pada input-proses-output. Sejak urusan penyiapan bahan baku, sampai dengan pengelolaan barang jadi, termasuk penyiapan dan segala pengelolaan sarana prasarana di perjalanannya. Urusan manufacturing!
Pitoyo Amrih
Ada sebuah perusahaan fiktif bernama PT MAJU. Perusahaan ini memproduksi air mineral dalam kemasan gelasplastik. Mesin yang dimiliki perusahaan ini adalah mesin pembentuk gelas plastik sekaligus mengisi air mineral, sebanyak dua unit.
Bulan ini pesanan begitu meningkat. Bagian pemasaran yang telah berhasil melakukan promosi membuat bagian produksi jungkir-balik selama dua puluh empat jam menjalankan mesinnya untuk mengejar permintaan bagian pemasaran. Dan sudah terlihat di depan mata, bulan depan pesanan bagian pemasaran naik 30 % dari bulan sekarang. Sementara bulan ini mesin telah jalan siang malam, bahkan minggu pun masuk untuk mengejar kekurangannya.
“Gila! Harus segera saya usulkan membeli satu unit mesin lagi untuk mengejar permintaan bulan depan,” teriak Pak Joni, sang kepala produksi. “Dan awal bulan depan mesin itu sudah di sini..!” imbuhnya. ...selengkapnya
.... terlibat aktif dalam perumusan penerapan konsep-konsep TPM (Total Productive Maintenance) di perusahaan tempatnya bekerja. Juga pernah memimpin kajian dan penerapan rumusan OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang bisa..... ...selengkapnya