Written by pitoyo amrih
Thursday, 28 January 2016 Calibration Hits: 6292
Mungkin sederhananya seperti ini: anda bertanggung jawab terhadap ruang lingkup sekian banyak instrumen alat ukur. Namanya alat ukur, baik yang sederhana maupun yang kompleks terbenam dalam sebuah rangkaian sistem kontrol yang canggih, maka ada kewajiban yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa alat ukur tersebut akan selalu menunjukkan akurasi yang baik, atau paling tidak bila terdapat penyimpangan, maka simpangan itu selalu diketahui. Kegiatan yang kita tahu bersama bernama Kalibrasi. Hal yang selalu menjamin bahwa alat ukur akan selalu menunjukkan nilai sebuah besaran secara benar. Anda hanya akan bisa menjamin kualitas proses dan produk yang baik, bila misal dalam sistem anda terdapat alat ukur suhu menunjukkan angka 50° C pada keadaan suhu yang memang 50° C.
Lalu ketika sistem anda semakin banyak, cakupannya semakin luas, terdapat penambahan mesin yang semakin bermacam beragam, sehingga alat ukur pun menjadi tak lagi sedikit. Solusinya bisa sederhana, anda tinggal menambah anggaran untuk biaya kalibrasi. Atau mungkin bila angka keekonomisannya bisa diraih, anda mungkin bisa investasi instrumen standard terkalibrasi, investasi tenaga teknisi beserta pelatihan dan syarat sertifikasi dan kompetensinya, kemudian mengelola kegiatan kalibrasi. Semakin banyak alat ukur maka semakin banyak kewajiban kalibrasi yang harus dilakukan. Mungkin suatu saat butuh tambah tenaga teknisi kalibrasi bila terasa jumlahnya tak lagi memadai penambahan jumlah alat ukur yang ada. Tapi benarkah harus demikian?
Written by pitoyo amrih
Saturday, 21 November 2015 Calibration Hits: 3214
(Sebuah catatan saat menghadari Seminar Nasional 'Peran Kalibrasi Metrologi Dalam Peningkatan Daya Saing Produk Nasional', diprakarsai oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), diselenggarakan di Surakarta, dalam rangka Pekan Inovasi Teknologi, tanggal 19 November 2015)
Judul diatas mungkin agak terlalu ekstrim. Tapi sungguh, saya tertarik untuk menggunakan tag tersebut karena juga tergelitik dengan salah satu hal yang diungkap di buku Metrology - in Short, 2nd Edition (Preben Howart and Fiona Redgrave, Euramet e.V, 2008), buku yang kemudian diterjemahkan oleh LIPI, dan disebarluaskan di seminar itu kepada beberapa perwakilan industri Indonesia yang hadir. Sebuah kalimat di pendahuluan yang menyadur manuskrip sejarah kuno 3000 tahun sebelum Masehi, di era pembangunan piramid Mesir, yang kurang lebih terjemahannya seperti ini: Barangsiapa lalai atau lupa mengkalibrasi standar satuan panjang setiap bulan purnama diancam hukuman mati. Saat baca buku ini kemudian saya share ke teman-teman kantor, saat ini bisa jadi hal-hal seperti itu akan menjadi bahan bercandaan. Tapi saya bisa membayangkan betapa ngerinya waktu itu, ketika para arsitek piramid harus menghadapi resiko mati bila lupa mengkalibrasi alat ukurnya.
Lalu sampai seberapa ngeri konsekuensi itu di kehidupan kita saat ini?
Written by pitoyo amrih
Monday, 03 November 2014 Calibration Hits: 6349
Dalam melakukan pengukuran, terkadang kita akan menemui hal-hal yang bisa jadi bagi sebagian orang dianggap ganjil. Misal mengukur suhu di tempat yang sama, saat yang sama, alat yang sama, tapi diamati oleh orang yang berbeda, mengapa hasil pengukurannya beda? Apakah salah satu pengamat salah dalam membaca alat ukur?
Atau kasus lain saat kita menggunakan timbangan. Coba kita menimbang barang yang sama. Penimbangan yang dilakukan pada waktu yang berbeda besar kemungkinan akan menghasilkan angka pengukuran yang berbeda. Apakah barang yang ditimbang berubah? Apakah yang mencatat penimbangan salah? Ataukah faktor lingkungan berpengaruh? Sampai kemudian pertanyaan berikutnya, ketika kita menmbang sebuah benda dengan timbangan terbaca 25 kg, kemudian saat yang lain menimbang barang yang sama dengan timbangan yang sama menghasilkan angka 24,5 kg. Lalu mana yang benar? Mungkinkan barang yang sama bisa memiliki kondisi massa yang berbeda pada saat pengukuran yang berbeda?
Written by pitoyo amrih
Wednesday, 29 October 2014 Calibration Hits: 24308
Dua istilah pada alat ukur dan urusan ukur mengukur ini cukup menarik. Dalam bahasa Inggris merupakan dua terminologi dengan definisinya masing-masing yang berbeda. Sedang bila anda tanyakan pada mereka yang biasa mengukur, umumnya akan menerjemahkan keduanya dengan arti yang sama: rentang!
Pengertian dua hal ini sebenarnya tak sulit-sulit amat:
Range adalah rentang, hmm,.. terpaksa saya harus mengartikannya demikian, tapi penjelasannya kurang lebih misal anda memiliki alat ukur thermometer batang, di angka skala terendah terlihat bilangan 20 C sedang pada angka tertinggi ditulis 100 C. Maka Range alat ukur tersebut adalah 20 C - 100 C. Besaran range selalu ditulis dua bilangan, yaitu antara bilangan terkecil ukur berapa sebagai batas minimal alat ukur itu mampu menunjukan pengukurannya. Dan bilangan terbesar ukur sebagai batas maksimal alat ukur itu mampu memperlihatkan hasil pengukurannya.
Page 2 of 4
Ada sebuah perusahaan fiktif bernama PT MAJU. Perusahaan ini memproduksi air mineral dalam kemasan gelasplastik. Mesin yang dimiliki perusahaan ini adalah mesin pembentuk gelas plastik sekaligus mengisi air mineral, sebanyak dua unit.
Bulan ini pesanan begitu meningkat. Bagian pemasaran yang telah berhasil melakukan promosi membuat bagian produksi jungkir-balik selama dua puluh empat jam menjalankan mesinnya untuk mengejar permintaan bagian pemasaran. Dan sudah terlihat di depan mata, bulan depan pesanan bagian pemasaran naik 30 % dari bulan sekarang. Sementara bulan ini mesin telah jalan siang malam, bahkan minggu pun masuk untuk mengejar kekurangannya.
“Gila! Harus segera saya usulkan membeli satu unit mesin lagi untuk mengejar permintaan bulan depan,” teriak Pak Joni, sang kepala produksi. “Dan awal bulan depan mesin itu sudah di sini..!” imbuhnya. ...selengkapnya
.... terlibat aktif dalam perumusan penerapan konsep-konsep TPM (Total Productive Maintenance) di perusahaan tempatnya bekerja. Juga pernah memimpin kajian dan penerapan rumusan OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang bisa..... ...selengkapnya